Ramalan pertama Sri Aji Joyoboyo
"Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong"
Sri Aji Joyoboyo yang hidup pada abad
keduabelas masehi (1100-an) memprediksi agama Hindu-Buddha berkembang
1000 tahun di Nusantara beserta kejayaan bagi kerajaan yang memeluk
agama tersebut. Seiring dengan perkembangan Hindu-Buddha di Tanah Jawa
dan Nusantara juga lahir pula seorang utusan-Nya pembawa Islam pada 571
Masehi di Mecca yakni Rasulullah Muhammad s.a.w. sang penerima firman
Allah s.w.t. tersusun dalam Al-Qur'an yang mahasuci didampingi Hadist
Nabi yang dimuliakan.
Usai 1000 tahun berkembang Hindu-Buddha maka sudah pada tempatnya
giliran bagi yang lain, yakni akan digantikan oleh Islam sebagai agama
negara bagi kerajaan di Jawa dan Nusantara. Sri Aji Joyoboyo juga
menyatakan Dang Hyang Tanah Jawi Sabdo Palon dan
pendahulunya Noyo Genggong akan murca dari marcapada selama perkembangan agama Islam pada abad kelimabelas masehi (1400-an) yang ditandai dengan bangkitnya kerajaan Islam di Jawa. Sabdo Palon tidak akan mencampuri Islam dan perkembangannya di Jawa dan Nusantara demi membikin manusianya jadi manusia seutuhnya, komplit, dan sempurna.
Maka terimalah, sudah menjadi takdir kerajaan Hindu-Buddha yang gemilang Majapahit berganti kerajaan Islam pertama di Nusantara Demak. Dan sayang sekali karena baru berdiri kerajaan Demak yang tidak memiliki angkatan laut sekuat Majapahit harus berhadapan dengan kekuatan unggul dari Eropa sehingga hanya dapat sedikit menahan masuknya pelaut bersenjata Portugis, bahkan Portugis berhasil memasuki Nusantara tanpa menemui lawan tangguh di medan laut. Dan berturut-turut bangsa Barat berikutnya Belanda bahkan sangat cerdik untuk mengadu domba kerajaan-kerajaan sisa Majapahit sehingga saling bertempur satu sama lain. Selanjutnya Belanda tinggal memetik hasilnya yakni menguasai kedua belah pihak dalam segala hal, terutama mengandalkan keunggulan kekuatan laut dan persenjataan maju yang berhasil dikembangkan Eropa, mesiu atau senjata api mulai ukuran senapan hingga meriam.
Dengan demikian kekalahan kerajaan Islam terhadap gempuran bangsa Eropa bukanlah menjadi tanggung jawab danghyang tanah Jawi Sabdo Palon Noyo Genggong. Dan andai kata kerajaan Islam atau negara yang menjunjung Islam memperoleh kejayaan maka itu pun bukan melalui campurtangan sang pepunden Nusantara.
Tiap-tiap masa sebuah kerajaan bangkit dan hancur mengalami hal yang sama dengan siklus bintang. Dan semua kerajaan di Jawa mengakui Semar sebagai penguasa gaib dari dunia gaib dengan kemampuan khususnya mengejawantah sebagai manusia biasa. Semar bisa berperan sebagai abdi, punakawan, dan bahkan penasihat utama negara. Tokoh ini selalu turut hadir bersama jatuh-bangunnya kehidupan sederhana maupun sebuah pemerintahan rumit dalam kerajaan. Dan Semar yang terakhir dalam siklus perkembangan 1000 tahun Hindu-Buddha ialah Sabdo Palon Noyo Genggong.
Majapahit yang jaya di laut dan di bumi Selatan, sementara Tiongkok yang berada di bumi Utara adalah pengimbang tatanan politik dunia pada masa itu. Bumi Selatan ada dalam genggaman Majapahit dan dengan keruntuhan Majapahit maka tatanan politik dunia menjadi jomplang dan dengan mudah pula bangsa Barat berkulit putih mengkolonisasi bumi selatan mulai dengan Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan menjadi jalur tanpa ada penjagaan laut yang kuat.
Kehancuran Majapahit oleh berkembangnya Islam yang masuk ke Jawa adalah sebuah siklus sejarah perkembangan kelas, dan perjuangan kelas. Sabdo Palon Noyo Genggong tahu bahwa Islam harus berkembang di Jawa dan Nusantara maka dari itu ia bersiap-siap untuk murca dari peranannya mengawal takhta dalam kurun 1000 tahun terakhir. Dalam sumpahnya, ia akan hadir kembali dalam jangka 500 tahun, adakah itu mengisyaratkan Islam akan menemui persoalan rumit setelah berkembang 500 tahun di Nusantara?
"Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong" ramalan Prabu Joyoboyo yang pertama memang menjadi kenyataan tatkala Raja Majapahit yang terakhir Brawijaya memilih meninggalkan agama negara sendiri dan memeluk Islam. Dengan sendirinya Sabdo Palon memutuskan untuk menghilang atau murca dengan cara baik-baik dari hadapan Sri Brawijaya, "Yang Mulia, kami tidak akan melawan perkembangan sejarah, sejarah yang terus berkembang maju tak pernah mundur seinci pun itu, dan di hadapan Yang Mulia maka Kami berjanji akan kembali kelak di mana bumi manusia mengalami gonjang-ganjing dan segalanya harus dimulai dari awal lagi. Demi melindungi Tanah Jawa dan Nusantara serta bumi selatan. Howght!" demikianlah ucapan terakhir sebagai kata pamit Sabdo Palon. Majapahit tak pelak lagi meluncur menemui kehancurannya, atas kehendak takdir sejarah.
Bangsa Eropa berkulit putih terkenal sangat rajin dan ulet bekerja bagai semut hitam, dan selalu meminum susu sapi sejak bayi. Mereka mulai gelisah dan menyiapkan diri dengan kapal-kapal layar kecil gesit dan cepat begitu mengetahui kabar ada dunia besar lain penuh tantangan petualangan. Bertahun-tahun mereka perlukan mendesign kapal yang dipersenjatai untuk mengarungi samudera menemukan dunia baru dalam rangka mencari bahan mentah baru, dan rempah-rempah dari sumbernya langsung di dunia Timur atau di belahan dunia lain.
Ramalan Sri Aji Joyoboyo kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan berdirinya Majapahit.
Majapahit berdiri 1293 bersamaan waktunya bangsa Eropa mulai memodernisasi kapal-kapal laut mereka dengan bantuan orang semacam Marcopolo yang kembali dari negeri Timur terutama Tiongkok dengan membawa cerita hebat kemajuan teknologi baru dan menerapkannya di Eropa.
Majapahit dan benua Eropa berlomba membangun kebesaran masing-masing dengan kapal-kapal laut yang siap bertempur di tengah samudera, Majapahit berada di balik bumi daripada benua Eropa maupun Amerika. Kelak bangsa Eropa berhasil memasuki wilayah Majapahit Nusantara tak perlu berperang menghadapi kekuatan hebat Majapahit karena sedang mengalami konflik intern yang menghancurkan diri-sendiri dalam perang paregreg. Kekuatan adidaya di bumi belahan Selatan itu hancur sama sekali sehingga tidak pernah berkesempatan menghadapi bangsa kulit putih yang datang untuk menginvasi dunia.
Hindu-Buddha Majapahit tergusur oleh kerajaan Islam yang tidak memiliki angkatan laut yang sekuat Majapahit, akan tetapi memiliki angkatan darat yang tak kalah hebat dengan milik Majapahit. Mereka berhimpun dengan kekuatan Islam di mana-mana yang siap siaga menghadapi bangsa Eropa Nasrani dengan kapal perang bersenjata yang sulit ditaklukkan di mana-mana. Siapa yang lebih unggul dalam pertarungan itu? Konflik perang salib di Eropa dan perbatasan dengan Asia berpindah ke dunia baru, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara serta Asia Timur. Pasukan Tiongkok yang dikirimkan ke perairan Selatan (Nan Yang) tidak begitu kuat untuk membantu kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara menahan banjir bandang kapal-kapal orang Eropa. Tiongkok bahkan berperan dalam merontokkan kekuatan Majapahit sehingga tak ada tameng di perairan Selatan yang cukup disegani di masa sebelumnya. Kekuatan Tiongkok lebih dipusatkan untuk menjaga keamanan di belahan bumi Utara. Sehingga tidak mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Majapahit.
Paus Leo X gerah dengan pertikaian sesama bangsa Eropa Nasrani memperebutkan daerah baru di belahan dunia lain, sudah menjadi kewajiban Sri Paus untuk mendamaikan hal tersebut dengan mengeluarkan Jus Patronatus atau Padroado pada 1514. Spanyol mendapat bagian berlayar ke Barat dan Portugis mendapat bagian berlayar ke Timur.
Dua kekuatan Nasrani yang berlayar berlawanan arah ini akhirnya benar-benar mengelilingi dunia dan bentrok di kepulauan Philipina, Spanyol bertahan di kepulauan tersebut, Portugis mencelat ke Timor Timur. Dua-duanya berusaha memantau dan tetap "ndedepi" kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah antara lain pala, minyak kayuputih, dan cengkeh.
Sementara itu ada sebuah bangsa Eropa lain, semut ireng paling rajin bekerja: membendung laut untuk dijadikan daratan dan memiliki sapi penghasil susu paling banyak di daerah Friesland, dan meminum susunya lebih banyak daripada bangsa lain yakni bangsa Belanda. Cornellis de Houtman mendarat di Batavia atau Sunda Kelapa pada 1596. Bangsa yang paling rajin dan tertib administrasinya ini berhasil menguasai wilayah Nusantara dengan menaklukkan kerajaan Islam dan sisa-sisa pecahan kerajaan Majapahit: Makasar, Kalimantan, Aceh, Bali, Papua, dan Nusa Tenggara. Inilah kedatangan bangsa asing yang sudah diramalkan oleh Sri Aji Joyoboyo limaratus tahun sebelumnya, "semut ireng anak-anak sapi".
Belanda bertahan menguasai Nusantara selama tigaratus limapuluh tahun, dan terusir bersamaan waktunya dengan kedatangan ramalan Joyoboyo keempat, "kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang" alias bangsa Jepang.
Dimitrov pun memaklumatkan seruan ke seluruh kubu komunis berperang terhadap fasisme. Maka Jerman menghadapi lawan tangguh negeri-negeri sosialis dan terutama Sovyet Uni, negeri sosialis pertama di dunia.
Semenjak krisis ekonomi 1929 Adolf Hitler tampil memimpin Nazi 1933 dan menggerakkan Jerman dengan fokus utama industri Jerman ialah membangun kekuatan militer besar-besaran, dan dalam tempo lima tahun 1938 kekuatan militer yang terkuat di Eropa itu menganeksasi Austria. Sekutu yang dimotori Inggris dan Amerika Serikat belum mengambil tindakan sampai Jerman Hitler menyerbu Ceko dengan kekuatan militer besar-besaran melancarkan dan menguji coba blitzkriegnya yang gemilang. Akhirnya 3 September 1939 Sekutu mengumumkan perang terhadap Jerman. Sementara itu berturut-turut balatentara Jerman berhasil menaklukkan Prancis dan tak ketinggalan Belanda, Belgia tunduk pada keperkasaan Jerman.
Dalam bayang-bayang pasukan Hitler yang menggentarkan itu maka pemerintahan kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris, menyeberangi selat Channel. Sementara Belanda bergabung dengan Sekutu berperang terhadap Jerman, negeri jajahan Hindia Belanda atau Nusantara mengambil sikap netral terhadap Jerman. Hengkangnya pemerintah Kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris inilah yang telah diramalkan oleh Raja Kediri Sri Aji Joyoboyo, "Kebo nyabrang kali."
Hindia Belanda terlalu jauh dari pasukan blitzkrieg Hitler di Eropa, akan tetapi terlalu dekat bagi sekutu Jerman di Timur Jauh yakni Jepang. Masuknya Jepang ke Hindia Belanda pada giliran terakhir dalam serbuan pasukan Negeri Matahari Terbit itu sekali lagi pemerintahan jajahan seberang lautan Hindia Belanda mengungsi ke Australia. Kebo nyabrang kali untuk kedua kalinya. Belanda mengungsi karena sudah terlalu kenyang mengeruk kekayaan di Nusantara, kekayaan itu disetor untuk mengenyangkan negeri induk Nederland yang terbukti tidak kuat bergerak menghadapi serbuan Jerman. Sama halnya negeri induknya Hindia Belanda yang kekenyangan tidak mampu menghadapi pasukan Negeri Sakura yang beringas masih kelaparan menyedot semua sumber daya alam dan kekayaan negeri yang ditaklukkannya.
Hengkangnya pemerintah pusat kerajaan Belanda dan juga pemerintahan jajahan mengungsi menyeberangi lautan itulah yang sudah diramalkan oleh Joyoboyo raja Kediri delapan ratus tahun yang silam.
Hindia-Belanda tidak sendirian menghadapi serbuan Jepang, juga Inggris di Malaya, Singapura, dan pasukan Prancis di Indocina serta Amerika Serikat di Filipina. Semua saja menyeberangi lautan untuk mengungsi menyelamatkan ekor sendiri meninggalkan anak jajahan diambil orang lain.
Seekor kerbau punya hobi mandi di kubangan yang berisi air, apalagi di sebuah sungai yang melimpah-ruah airnya, ia tidak mungkin mau mentas dan menyeberangi sungai tanpa alasan yang luarbiasa. Alasan agar seekor kerbau menyeberangi sungai cuma dengan dipaksa atau terpaksa saja. Karena kerbau yang sudah kenyang makan dan kenyang berendam di air akan cenderung bermalas-malasan saja. Dan yang memaksa kerbau Belanda hengkang ialah kekuatan militer unggul bangsa lain. Sementara kekuatan militer sendiri tidak siap digunakan menghadapi serbuan dari luar semacam itu, melainkan hanya dipersiapkan dan digunakan untuk menindas pribumi jajahan yang tidak bersenjata dan lemah dari segi apapun. Pasukan militer Belanda punya kemampuan militer hanya sekelas menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara. Belanda lebih menggunakan akal yang diwujudkan dengan politik pecah-belah dan kuasailah. Dan terutama berkat bantuan Pribumi sendiri yang lebih memilih berpihak pada kekuatan asing.
Pasukan blitzkrieg Jerman akhirnya gagal menghadapi Tentara Merah di front Timur dalam daerah Uni Sovyet. Kekalahan di Russia itu menyebabkan keruntuhan kekuatan Jerman, dan Hitler bunuh diri atau dibunuh oleh pihak tertentu. Dengan demikian pada akhirnya pasukan militer Jerman menyerah pada Sekutu setahun lebih dulu daripada menyerahnya kekaisaran Jepang pada Amerika Serikat karena ledakan bom atom di jantung kota Jepang yang dijatuhkan dari pesawat militer Amerika Serikat. Sovyet Uni atau Uni Sovyet yang berada di pihak Sekutu ikut berhak keluar sebagai salah satu negeri pemenang Perang Dunia Kedua, dunia komunis mendapat kehormatan dengan keunggulan pasukan Merah Uni Sovyet. Dan anugerah kemenangan itu juga dipersembahkan bagi petinggi Komintern Georgi Dimitrov yang gagah berani membela Komintern dan komunisme di depan pengadilan fasis Jerman Adolf Hitler atas tuduhan palsu hasil kerja rekayasa intelijen Nazi Jerman dalam mengenyahkan hantu komunis sejagad.
Semangat tentara kerajaan masih kalah dengan tentara kekaisaran Matahari Terbit, Dewa Amaterasu berpihak pada sang penyerbu dari Utara. Sejak masa kuno orang-orang di Nusantara sudah diperingatkan oleh nenek-moyang agar selalu waspada terhadap arah Utara, karena dari sanalah musuh datang menyerang, dari Utara juga bencana bakal datang di Tanah Jawa. Oleh sebab itu ada sedikit peninggalan warisan leluhur sejak seribu tahun silam atau masa Prabu Joyoboyo dari kerajaan Kediri bertakhta, yakni, "jangan membikin tungku atau luweng untuk memasak mulutnya menghadap ke Utara." Satu lagi, "jangan membuat kakus atau wc yang posisi orang yang mendudukinya sampai menghadap ke arah Utara."
Bahkan seorang pujangga masyhur Nusantara menulis soal arus balik dari Utara yang terus mengalir ke Selatan: ilmu pengetahuannya, budayanya dan barang-barang dagangannya. Sebaliknya di masa keemasan Majapahit, dan bahkan sejak jaman kerajaan Srivijaya arus mengalir ke Utara: ilmu pengetahuan, budaya, dan barang-barang produk unggulannya.
Hinomaru berkibar di seluruh Pantai Timur benua Asia sampai ke lautan Pasific di Timur Papua. Terbentuklah garis pertahanan militer yang sangat lebar dan sulit dijaga dari serbuan pasukan Sekutu yang dipimpin negeri Paman Sam. Berturut-turut hengkang dari wilayah koloni atau jajahannya: Prancis di Indocina, Belanda di Hindia Belanda, Inggris di Malaya, dan Singapura. Bangsa Jepang berhasil mengubah peta politik dunia, khususnya di Asia.
Prabu Joyoboyo sudah mengidentifikasi bangsa cebol kepalang ini seribu tahun yang lalu bakal menjadi superpower di bidang militer. Dalam pandangan Jawa yang kecil akan mengalahkan yang besar, orang cebol kepalang atau bertubuh pendeklah yang bakal mengalahkan orang-orang besar dari Barat.
Pribumi Nusantara yang terpuruk melata di bawah kaki bangsa Barat selama tigaratus limapuluh tahun mendadak sontak dibangunkan dari tanah dengan didikan pasukan Jepang yang keras dan tak kenal ampun. Senjata mulai diberikan kepada Pribumi yang mau berjuang bersama Jepang untuk menghadapi bangsa Barat atau Sekutu. Korban selama masa pendidikan militer Jepang berjatuhan, kesengsaraan hidup melanda rakyat di segenap wilayah Nusantara. Kelak buah kesengsaraan itu yang diawali hengkangnya bangsa Barat membikin Pribumi harus berdiri di atas kaki sendiri di atas tanah tumpah darah negeri sendiri dan memerintah bangsa sendiri, semua itu dapat ditempuh dengan merebut kemerdekaan dan kedaulatan ibu pertiwi Nusantara.
Dai Nippon diramalkan menjajah Nusantara selama seumur benih jagung dapat disimpan, tiga setengah tahun! Dai Nippon yang bergabung dengan Jerman Hitler masih terus berjuang sendiri dengan ulet dan tekun. Sekutu merasa biaya militer sudah terlampau besar dikeluarkan di medan Eropa menghadapi Jerman dan sekutunya. Untuk menaklukkan pasukan Dai Nippon yang memiliki garis pertahanan begitu panjang di Asia Timur dan sebagian kepulauan di Pasifik pada akhirnya Sekutu atau Amerika Serikat memilih menggunakan cara ekonomis dan praktis: meledakkan bom nuklir di jantung wilayah Jepang. Walhasil pemenang perang dunia kedua yang sejati adalah senjata nuklir dan bukan Amerika Serikat. Pasukan Amerika tidak mati-matian dalam mengalahkan Jepang dengan cara yang umum dan terhormat.
Jepang tidak sepenuhnya kalah di medan peperangan akan tetapi kalah karena atas instruksi pimpinan tertingginya Kaisar Jepang.
Bangsa cebol kepalang itu selama menduduki Jawa dan Nusantara menghadapi lawan-lawan tangguhnya: partai komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, partai sosialis, partai nasionalis, dan orang-orang Islam progresif lainnya, dan tentu saja segenap rakyat Nusantara. Segenap komponen perlawanan itu telah memilih pemimpin mereka: Bung Karno. Bung Karno tidak terang-terangan memusuhi Jepang, akan tetapi mengambil taktik berpijak di dua tempat sekaligus. Kaki kiri berada bersama pasukan Dai Nippon, sementara kaki kanannya bahu-membahu melawan Jepang dengan berbagai cara bersama pejuang Pribumi lainnya.
Bung Karno tahu siapa-siapa yang berjasa dalam merebut kemerdekaan, orang komunis, orang nasionalis, dan orang sosialis, dan orang Islam dan seterusnya.
Dai Nippon menyerah kepada bom nuklir milik Amerika Serikat pada 14 Agustus 1945. Pemenang perang dunia kedua lainnya Sovyet Uni dedengkot negeri komunis pertama di dunia rupanya tidak dapat hidup berdampingan secara damai dengan negeri kapitalis lainnya, karena sudah sejak manifes komunis diluncurkan pada abad kedelapan belas hantu komunis tidak pernah ditolerir oleh paham lain di dunia ini. Sasaran tembak Amerika adalah negeri komunis Soviet Uni dan berakibat timbulnya Perang Dunia Dingin. Dua ideologi mengelompokkan diri masing-masing dengan memilih salah satu pihak. Slogan Amerika lebih keras lagi, "berkawan dengan kami memusuhi komunis atau menjadi musuh besar kami." Tidak adanya pilihan netral sama sekali.
Imbas Perang Dunia Dingin itu sangat mewarnai kemerdekaan yang akhirnya dikumandangkan oleh Penyambung Hati Rakyat Indonesia: Soekarno didampingi M. Hatta. Semasa pendudukan Jepang keduanya sudah sering menyusun strategi bersama menghadapi masa depan. Mereka dalam menyikapi Perang Dunia Dingin mengambil sikap berlawanan. Bung Karno bersikap Netral sementara Hatta memihak memusuhi komunis. Dua peran antagonis dari kedua proklamator RI itulah yang pada akhirnya melahirkan drama-drama perang kemerdekaan yang memilukan. Bangsa sendiri bertempur dengan sesama saudara sendiri.
Perang saudara antar bangsa sendiri sejak perang kemerdekaan ternyata terus membesar dan puncak klimaksnya termaktub dalam ramalan Joyoboyo kelima, "pitik tarung sak kandang."
pendahulunya Noyo Genggong akan murca dari marcapada selama perkembangan agama Islam pada abad kelimabelas masehi (1400-an) yang ditandai dengan bangkitnya kerajaan Islam di Jawa. Sabdo Palon tidak akan mencampuri Islam dan perkembangannya di Jawa dan Nusantara demi membikin manusianya jadi manusia seutuhnya, komplit, dan sempurna.
Maka terimalah, sudah menjadi takdir kerajaan Hindu-Buddha yang gemilang Majapahit berganti kerajaan Islam pertama di Nusantara Demak. Dan sayang sekali karena baru berdiri kerajaan Demak yang tidak memiliki angkatan laut sekuat Majapahit harus berhadapan dengan kekuatan unggul dari Eropa sehingga hanya dapat sedikit menahan masuknya pelaut bersenjata Portugis, bahkan Portugis berhasil memasuki Nusantara tanpa menemui lawan tangguh di medan laut. Dan berturut-turut bangsa Barat berikutnya Belanda bahkan sangat cerdik untuk mengadu domba kerajaan-kerajaan sisa Majapahit sehingga saling bertempur satu sama lain. Selanjutnya Belanda tinggal memetik hasilnya yakni menguasai kedua belah pihak dalam segala hal, terutama mengandalkan keunggulan kekuatan laut dan persenjataan maju yang berhasil dikembangkan Eropa, mesiu atau senjata api mulai ukuran senapan hingga meriam.
Dengan demikian kekalahan kerajaan Islam terhadap gempuran bangsa Eropa bukanlah menjadi tanggung jawab danghyang tanah Jawi Sabdo Palon Noyo Genggong. Dan andai kata kerajaan Islam atau negara yang menjunjung Islam memperoleh kejayaan maka itu pun bukan melalui campurtangan sang pepunden Nusantara.
Tiap-tiap masa sebuah kerajaan bangkit dan hancur mengalami hal yang sama dengan siklus bintang. Dan semua kerajaan di Jawa mengakui Semar sebagai penguasa gaib dari dunia gaib dengan kemampuan khususnya mengejawantah sebagai manusia biasa. Semar bisa berperan sebagai abdi, punakawan, dan bahkan penasihat utama negara. Tokoh ini selalu turut hadir bersama jatuh-bangunnya kehidupan sederhana maupun sebuah pemerintahan rumit dalam kerajaan. Dan Semar yang terakhir dalam siklus perkembangan 1000 tahun Hindu-Buddha ialah Sabdo Palon Noyo Genggong.
Majapahit yang jaya di laut dan di bumi Selatan, sementara Tiongkok yang berada di bumi Utara adalah pengimbang tatanan politik dunia pada masa itu. Bumi Selatan ada dalam genggaman Majapahit dan dengan keruntuhan Majapahit maka tatanan politik dunia menjadi jomplang dan dengan mudah pula bangsa Barat berkulit putih mengkolonisasi bumi selatan mulai dengan Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan menjadi jalur tanpa ada penjagaan laut yang kuat.
Kehancuran Majapahit oleh berkembangnya Islam yang masuk ke Jawa adalah sebuah siklus sejarah perkembangan kelas, dan perjuangan kelas. Sabdo Palon Noyo Genggong tahu bahwa Islam harus berkembang di Jawa dan Nusantara maka dari itu ia bersiap-siap untuk murca dari peranannya mengawal takhta dalam kurun 1000 tahun terakhir. Dalam sumpahnya, ia akan hadir kembali dalam jangka 500 tahun, adakah itu mengisyaratkan Islam akan menemui persoalan rumit setelah berkembang 500 tahun di Nusantara?
"Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong" ramalan Prabu Joyoboyo yang pertama memang menjadi kenyataan tatkala Raja Majapahit yang terakhir Brawijaya memilih meninggalkan agama negara sendiri dan memeluk Islam. Dengan sendirinya Sabdo Palon memutuskan untuk menghilang atau murca dengan cara baik-baik dari hadapan Sri Brawijaya, "Yang Mulia, kami tidak akan melawan perkembangan sejarah, sejarah yang terus berkembang maju tak pernah mundur seinci pun itu, dan di hadapan Yang Mulia maka Kami berjanji akan kembali kelak di mana bumi manusia mengalami gonjang-ganjing dan segalanya harus dimulai dari awal lagi. Demi melindungi Tanah Jawa dan Nusantara serta bumi selatan. Howght!" demikianlah ucapan terakhir sebagai kata pamit Sabdo Palon. Majapahit tak pelak lagi meluncur menemui kehancurannya, atas kehendak takdir sejarah.
Ramalan Kedua
"Semut ireng anak-anak sapi"
Marcopolo penjelajah Italia pada 1292
meninggalkan daratan Tiongkok setelah bermukim sekian tahun membawa
berita dunia menakjubkan bagi benua Eropa. Duaratus tahun kemudian 1492
Christophorus Columbus juga orang Italia mendarat di benua milik
bangsa Indian Amerika Utara dan mengabarkan bahwa dunia berbentuk
bulat, bundar bola.Bangsa Eropa berkulit putih terkenal sangat rajin dan ulet bekerja bagai semut hitam, dan selalu meminum susu sapi sejak bayi. Mereka mulai gelisah dan menyiapkan diri dengan kapal-kapal layar kecil gesit dan cepat begitu mengetahui kabar ada dunia besar lain penuh tantangan petualangan. Bertahun-tahun mereka perlukan mendesign kapal yang dipersenjatai untuk mengarungi samudera menemukan dunia baru dalam rangka mencari bahan mentah baru, dan rempah-rempah dari sumbernya langsung di dunia Timur atau di belahan dunia lain.
Ramalan Sri Aji Joyoboyo kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan berdirinya Majapahit.
Majapahit berdiri 1293 bersamaan waktunya bangsa Eropa mulai memodernisasi kapal-kapal laut mereka dengan bantuan orang semacam Marcopolo yang kembali dari negeri Timur terutama Tiongkok dengan membawa cerita hebat kemajuan teknologi baru dan menerapkannya di Eropa.
Majapahit dan benua Eropa berlomba membangun kebesaran masing-masing dengan kapal-kapal laut yang siap bertempur di tengah samudera, Majapahit berada di balik bumi daripada benua Eropa maupun Amerika. Kelak bangsa Eropa berhasil memasuki wilayah Majapahit Nusantara tak perlu berperang menghadapi kekuatan hebat Majapahit karena sedang mengalami konflik intern yang menghancurkan diri-sendiri dalam perang paregreg. Kekuatan adidaya di bumi belahan Selatan itu hancur sama sekali sehingga tidak pernah berkesempatan menghadapi bangsa kulit putih yang datang untuk menginvasi dunia.
Hindu-Buddha Majapahit tergusur oleh kerajaan Islam yang tidak memiliki angkatan laut yang sekuat Majapahit, akan tetapi memiliki angkatan darat yang tak kalah hebat dengan milik Majapahit. Mereka berhimpun dengan kekuatan Islam di mana-mana yang siap siaga menghadapi bangsa Eropa Nasrani dengan kapal perang bersenjata yang sulit ditaklukkan di mana-mana. Siapa yang lebih unggul dalam pertarungan itu? Konflik perang salib di Eropa dan perbatasan dengan Asia berpindah ke dunia baru, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara serta Asia Timur. Pasukan Tiongkok yang dikirimkan ke perairan Selatan (Nan Yang) tidak begitu kuat untuk membantu kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara menahan banjir bandang kapal-kapal orang Eropa. Tiongkok bahkan berperan dalam merontokkan kekuatan Majapahit sehingga tak ada tameng di perairan Selatan yang cukup disegani di masa sebelumnya. Kekuatan Tiongkok lebih dipusatkan untuk menjaga keamanan di belahan bumi Utara. Sehingga tidak mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Majapahit.
Paus Leo X gerah dengan pertikaian sesama bangsa Eropa Nasrani memperebutkan daerah baru di belahan dunia lain, sudah menjadi kewajiban Sri Paus untuk mendamaikan hal tersebut dengan mengeluarkan Jus Patronatus atau Padroado pada 1514. Spanyol mendapat bagian berlayar ke Barat dan Portugis mendapat bagian berlayar ke Timur.
Dua kekuatan Nasrani yang berlayar berlawanan arah ini akhirnya benar-benar mengelilingi dunia dan bentrok di kepulauan Philipina, Spanyol bertahan di kepulauan tersebut, Portugis mencelat ke Timor Timur. Dua-duanya berusaha memantau dan tetap "ndedepi" kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah antara lain pala, minyak kayuputih, dan cengkeh.
Sementara itu ada sebuah bangsa Eropa lain, semut ireng paling rajin bekerja: membendung laut untuk dijadikan daratan dan memiliki sapi penghasil susu paling banyak di daerah Friesland, dan meminum susunya lebih banyak daripada bangsa lain yakni bangsa Belanda. Cornellis de Houtman mendarat di Batavia atau Sunda Kelapa pada 1596. Bangsa yang paling rajin dan tertib administrasinya ini berhasil menguasai wilayah Nusantara dengan menaklukkan kerajaan Islam dan sisa-sisa pecahan kerajaan Majapahit: Makasar, Kalimantan, Aceh, Bali, Papua, dan Nusa Tenggara. Inilah kedatangan bangsa asing yang sudah diramalkan oleh Sri Aji Joyoboyo limaratus tahun sebelumnya, "semut ireng anak-anak sapi".
Belanda bertahan menguasai Nusantara selama tigaratus limapuluh tahun, dan terusir bersamaan waktunya dengan kedatangan ramalan Joyoboyo keempat, "kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang" alias bangsa Jepang.
Ramalan Ketiga
" Kebo nyabrang kali"
Georgi Dimitrov salah satu petinggi
Komintern atau Komunis Internasional dituduh oleh pengadilan Jerman
Adolf Hitler mendalangi sebuah aksi kerusuhan membakar reichstaat
Jerman. Pokok pangkal inilah Hitler telah merekayasa tuduhan yang tidak
terbukti maka dianggap mengumumkan genderang perang terhadap
komunisme.Dimitrov pun memaklumatkan seruan ke seluruh kubu komunis berperang terhadap fasisme. Maka Jerman menghadapi lawan tangguh negeri-negeri sosialis dan terutama Sovyet Uni, negeri sosialis pertama di dunia.
Semenjak krisis ekonomi 1929 Adolf Hitler tampil memimpin Nazi 1933 dan menggerakkan Jerman dengan fokus utama industri Jerman ialah membangun kekuatan militer besar-besaran, dan dalam tempo lima tahun 1938 kekuatan militer yang terkuat di Eropa itu menganeksasi Austria. Sekutu yang dimotori Inggris dan Amerika Serikat belum mengambil tindakan sampai Jerman Hitler menyerbu Ceko dengan kekuatan militer besar-besaran melancarkan dan menguji coba blitzkriegnya yang gemilang. Akhirnya 3 September 1939 Sekutu mengumumkan perang terhadap Jerman. Sementara itu berturut-turut balatentara Jerman berhasil menaklukkan Prancis dan tak ketinggalan Belanda, Belgia tunduk pada keperkasaan Jerman.
Dalam bayang-bayang pasukan Hitler yang menggentarkan itu maka pemerintahan kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris, menyeberangi selat Channel. Sementara Belanda bergabung dengan Sekutu berperang terhadap Jerman, negeri jajahan Hindia Belanda atau Nusantara mengambil sikap netral terhadap Jerman. Hengkangnya pemerintah Kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris inilah yang telah diramalkan oleh Raja Kediri Sri Aji Joyoboyo, "Kebo nyabrang kali."
Hindia Belanda terlalu jauh dari pasukan blitzkrieg Hitler di Eropa, akan tetapi terlalu dekat bagi sekutu Jerman di Timur Jauh yakni Jepang. Masuknya Jepang ke Hindia Belanda pada giliran terakhir dalam serbuan pasukan Negeri Matahari Terbit itu sekali lagi pemerintahan jajahan seberang lautan Hindia Belanda mengungsi ke Australia. Kebo nyabrang kali untuk kedua kalinya. Belanda mengungsi karena sudah terlalu kenyang mengeruk kekayaan di Nusantara, kekayaan itu disetor untuk mengenyangkan negeri induk Nederland yang terbukti tidak kuat bergerak menghadapi serbuan Jerman. Sama halnya negeri induknya Hindia Belanda yang kekenyangan tidak mampu menghadapi pasukan Negeri Sakura yang beringas masih kelaparan menyedot semua sumber daya alam dan kekayaan negeri yang ditaklukkannya.
Hengkangnya pemerintah pusat kerajaan Belanda dan juga pemerintahan jajahan mengungsi menyeberangi lautan itulah yang sudah diramalkan oleh Joyoboyo raja Kediri delapan ratus tahun yang silam.
Hindia-Belanda tidak sendirian menghadapi serbuan Jepang, juga Inggris di Malaya, Singapura, dan pasukan Prancis di Indocina serta Amerika Serikat di Filipina. Semua saja menyeberangi lautan untuk mengungsi menyelamatkan ekor sendiri meninggalkan anak jajahan diambil orang lain.
Seekor kerbau punya hobi mandi di kubangan yang berisi air, apalagi di sebuah sungai yang melimpah-ruah airnya, ia tidak mungkin mau mentas dan menyeberangi sungai tanpa alasan yang luarbiasa. Alasan agar seekor kerbau menyeberangi sungai cuma dengan dipaksa atau terpaksa saja. Karena kerbau yang sudah kenyang makan dan kenyang berendam di air akan cenderung bermalas-malasan saja. Dan yang memaksa kerbau Belanda hengkang ialah kekuatan militer unggul bangsa lain. Sementara kekuatan militer sendiri tidak siap digunakan menghadapi serbuan dari luar semacam itu, melainkan hanya dipersiapkan dan digunakan untuk menindas pribumi jajahan yang tidak bersenjata dan lemah dari segi apapun. Pasukan militer Belanda punya kemampuan militer hanya sekelas menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara. Belanda lebih menggunakan akal yang diwujudkan dengan politik pecah-belah dan kuasailah. Dan terutama berkat bantuan Pribumi sendiri yang lebih memilih berpihak pada kekuatan asing.
Pasukan blitzkrieg Jerman akhirnya gagal menghadapi Tentara Merah di front Timur dalam daerah Uni Sovyet. Kekalahan di Russia itu menyebabkan keruntuhan kekuatan Jerman, dan Hitler bunuh diri atau dibunuh oleh pihak tertentu. Dengan demikian pada akhirnya pasukan militer Jerman menyerah pada Sekutu setahun lebih dulu daripada menyerahnya kekaisaran Jepang pada Amerika Serikat karena ledakan bom atom di jantung kota Jepang yang dijatuhkan dari pesawat militer Amerika Serikat. Sovyet Uni atau Uni Sovyet yang berada di pihak Sekutu ikut berhak keluar sebagai salah satu negeri pemenang Perang Dunia Kedua, dunia komunis mendapat kehormatan dengan keunggulan pasukan Merah Uni Sovyet. Dan anugerah kemenangan itu juga dipersembahkan bagi petinggi Komintern Georgi Dimitrov yang gagah berani membela Komintern dan komunisme di depan pengadilan fasis Jerman Adolf Hitler atas tuduhan palsu hasil kerja rekayasa intelijen Nazi Jerman dalam mengenyahkan hantu komunis sejagad.
Ramalan Keempat
"Kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang"
8 Maret 1942 Balatentara darat, laut,
dan udara Dai Nippon dan pasukan sipil bunga Sakura yang berani mati
dan selalu menang dalam pertempuran melawan bangsa Barat mendarat di
segenap penjuru wilayah Nusantara. Lunaslah ramalan Joyoboyo keempat,
"kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang". Tentara Kerajaan
Belanda tidak kalah gagah-berani menghadapi pasukan dari negeri Asia
yang pernah menaklukkan Manchuria, wilayah kerajaan Tsar Rusia pada
1904-1905.Semangat tentara kerajaan masih kalah dengan tentara kekaisaran Matahari Terbit, Dewa Amaterasu berpihak pada sang penyerbu dari Utara. Sejak masa kuno orang-orang di Nusantara sudah diperingatkan oleh nenek-moyang agar selalu waspada terhadap arah Utara, karena dari sanalah musuh datang menyerang, dari Utara juga bencana bakal datang di Tanah Jawa. Oleh sebab itu ada sedikit peninggalan warisan leluhur sejak seribu tahun silam atau masa Prabu Joyoboyo dari kerajaan Kediri bertakhta, yakni, "jangan membikin tungku atau luweng untuk memasak mulutnya menghadap ke Utara." Satu lagi, "jangan membuat kakus atau wc yang posisi orang yang mendudukinya sampai menghadap ke arah Utara."
Bahkan seorang pujangga masyhur Nusantara menulis soal arus balik dari Utara yang terus mengalir ke Selatan: ilmu pengetahuannya, budayanya dan barang-barang dagangannya. Sebaliknya di masa keemasan Majapahit, dan bahkan sejak jaman kerajaan Srivijaya arus mengalir ke Utara: ilmu pengetahuan, budaya, dan barang-barang produk unggulannya.
Hinomaru berkibar di seluruh Pantai Timur benua Asia sampai ke lautan Pasific di Timur Papua. Terbentuklah garis pertahanan militer yang sangat lebar dan sulit dijaga dari serbuan pasukan Sekutu yang dipimpin negeri Paman Sam. Berturut-turut hengkang dari wilayah koloni atau jajahannya: Prancis di Indocina, Belanda di Hindia Belanda, Inggris di Malaya, dan Singapura. Bangsa Jepang berhasil mengubah peta politik dunia, khususnya di Asia.
Prabu Joyoboyo sudah mengidentifikasi bangsa cebol kepalang ini seribu tahun yang lalu bakal menjadi superpower di bidang militer. Dalam pandangan Jawa yang kecil akan mengalahkan yang besar, orang cebol kepalang atau bertubuh pendeklah yang bakal mengalahkan orang-orang besar dari Barat.
Pribumi Nusantara yang terpuruk melata di bawah kaki bangsa Barat selama tigaratus limapuluh tahun mendadak sontak dibangunkan dari tanah dengan didikan pasukan Jepang yang keras dan tak kenal ampun. Senjata mulai diberikan kepada Pribumi yang mau berjuang bersama Jepang untuk menghadapi bangsa Barat atau Sekutu. Korban selama masa pendidikan militer Jepang berjatuhan, kesengsaraan hidup melanda rakyat di segenap wilayah Nusantara. Kelak buah kesengsaraan itu yang diawali hengkangnya bangsa Barat membikin Pribumi harus berdiri di atas kaki sendiri di atas tanah tumpah darah negeri sendiri dan memerintah bangsa sendiri, semua itu dapat ditempuh dengan merebut kemerdekaan dan kedaulatan ibu pertiwi Nusantara.
Dai Nippon diramalkan menjajah Nusantara selama seumur benih jagung dapat disimpan, tiga setengah tahun! Dai Nippon yang bergabung dengan Jerman Hitler masih terus berjuang sendiri dengan ulet dan tekun. Sekutu merasa biaya militer sudah terlampau besar dikeluarkan di medan Eropa menghadapi Jerman dan sekutunya. Untuk menaklukkan pasukan Dai Nippon yang memiliki garis pertahanan begitu panjang di Asia Timur dan sebagian kepulauan di Pasifik pada akhirnya Sekutu atau Amerika Serikat memilih menggunakan cara ekonomis dan praktis: meledakkan bom nuklir di jantung wilayah Jepang. Walhasil pemenang perang dunia kedua yang sejati adalah senjata nuklir dan bukan Amerika Serikat. Pasukan Amerika tidak mati-matian dalam mengalahkan Jepang dengan cara yang umum dan terhormat.
Jepang tidak sepenuhnya kalah di medan peperangan akan tetapi kalah karena atas instruksi pimpinan tertingginya Kaisar Jepang.
Bangsa cebol kepalang itu selama menduduki Jawa dan Nusantara menghadapi lawan-lawan tangguhnya: partai komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, partai sosialis, partai nasionalis, dan orang-orang Islam progresif lainnya, dan tentu saja segenap rakyat Nusantara. Segenap komponen perlawanan itu telah memilih pemimpin mereka: Bung Karno. Bung Karno tidak terang-terangan memusuhi Jepang, akan tetapi mengambil taktik berpijak di dua tempat sekaligus. Kaki kiri berada bersama pasukan Dai Nippon, sementara kaki kanannya bahu-membahu melawan Jepang dengan berbagai cara bersama pejuang Pribumi lainnya.
Bung Karno tahu siapa-siapa yang berjasa dalam merebut kemerdekaan, orang komunis, orang nasionalis, dan orang sosialis, dan orang Islam dan seterusnya.
Dai Nippon menyerah kepada bom nuklir milik Amerika Serikat pada 14 Agustus 1945. Pemenang perang dunia kedua lainnya Sovyet Uni dedengkot negeri komunis pertama di dunia rupanya tidak dapat hidup berdampingan secara damai dengan negeri kapitalis lainnya, karena sudah sejak manifes komunis diluncurkan pada abad kedelapan belas hantu komunis tidak pernah ditolerir oleh paham lain di dunia ini. Sasaran tembak Amerika adalah negeri komunis Soviet Uni dan berakibat timbulnya Perang Dunia Dingin. Dua ideologi mengelompokkan diri masing-masing dengan memilih salah satu pihak. Slogan Amerika lebih keras lagi, "berkawan dengan kami memusuhi komunis atau menjadi musuh besar kami." Tidak adanya pilihan netral sama sekali.
Imbas Perang Dunia Dingin itu sangat mewarnai kemerdekaan yang akhirnya dikumandangkan oleh Penyambung Hati Rakyat Indonesia: Soekarno didampingi M. Hatta. Semasa pendudukan Jepang keduanya sudah sering menyusun strategi bersama menghadapi masa depan. Mereka dalam menyikapi Perang Dunia Dingin mengambil sikap berlawanan. Bung Karno bersikap Netral sementara Hatta memihak memusuhi komunis. Dua peran antagonis dari kedua proklamator RI itulah yang pada akhirnya melahirkan drama-drama perang kemerdekaan yang memilukan. Bangsa sendiri bertempur dengan sesama saudara sendiri.
Perang saudara antar bangsa sendiri sejak perang kemerdekaan ternyata terus membesar dan puncak klimaksnya termaktub dalam ramalan Joyoboyo kelima, "pitik tarung sak kandang."
Ramalan Kelima
"Pitik tarung sak kandang"
Pada
30 September 1965 di lapisan stratosfir langit malam, pada radius tiga
kilometer dari kraton Sri Aji Joyoboyo, para penduduk menyaksikan
"lintang kemukus" bergerak pelahan ke arah utara. Benda langit cerah
bersinar persis pesawat angkasa luar yang diidentifikasi selama berabad
"lintang kemukus" yang bergerak lambat di langit itu menjadi pertanda
datangnya peristiwa besar di jagad manusia.
Malam-malam perburuan 20 juta
anggota komunis di Nusantara mulai dicanangkan. Partai komunis ketiga
terbesar di dunia berada dalam kepungan negeri berpenduduk muslim
terbesar di dunia. Sepuluh tahun yang silam kaum komunis berhasil
menempati anak tangga keempat dalam pemilu paling demokratis di negeri
Pancasila, suatu sintesis ideologi-ideologi yang ada di gelanggang
politik dunia dicetuskan Bung Karno, penyambung hati rakyat Indonesia.
Sri Aji Joyoboyo seorang putra dari
cinta sejati Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati, kedua remaja pilihan ini
adalah putra mahkota dari dua kerajaan di tepi sungai Brantas.
Perkawinan kerajaan yang mereka jalani sebelumnya penuh dengan drama
percintaan paling dikenang selama berabad oleh penduduk Jawa bagian
Timur.
Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati
yang belum bertemu satu sama lain sempat menolak perjodohan dua kerajaan
atas diri mereka. Dewi Sekartaji mengembara bertahun-tahun, demikian
pula Inu Kertapati, keduanya remaja paling cantik dan paling tampan di
kerajaan Daha dan Jenggala. Singkatnya mereka akhirnya bertemu di pulau
Dewata dan saling jatuh cinta satu sama lain. Perkawinan pun berlangsung
meriah, dua kerajaan digabungkan, dan dari hasil cinta sejati mereka
lahirlah seorang manusia unggul Sri Aji Joyoboyo yang kelak marak
menjadi raja kerajaan Kediri. Dalam masa pemerintahannya sastra dan seni
berkembang luar biasa pesatnya. Perkataan yang berwujud ramalan-ramalan
dari segenap cerdik-pandai di seluruh negeri dikumpulkan dan dipilih
yang terbaik untuk dipersembahkan kepada yang mulia Sri Aji Joyoboyo.
Dengan bahan melimpah itulah sang raja besar itu mempublikasikan ramalan
kelima "pitik tarung sak kandang" untuk menggambarkan perang saudara
masa depan di tanah Jawa.
Gerakan september 1965 memicu
pertarungan dua ideologi yang bertentangan, di satu sisi kubu
materialis, yang diwakili oleh 20 juta komunis, di sisi lain terdapat
kubu idealis, yang diwakili 60 juta muslim. Kaum komunis menggunakan
sistem filsafat materialisme dialektis. Kaum muslim masuk kubu idealis.
Jika kedua sistem itu berhadapan dalam realitas kehidupan maka yang
terjadi adalah pertentangan paham, tidak kurang-kurangnya Bung Karno
berusaha mendamaikan pertentangan komunis dan Islam dalam wadah Nasakom,
lebih lanjut lagi di forum legislatif dibentuk kabinet "gotong-royong".
Usaha kecil Bung Karno yang memiliki visi luar biasa sejak 1926,
berusaha menghindarkan terjadinya "pitik tarung sak kandang". Bung Karno
sangat menguasai ramalan Sri Aji Joyoboyo tersebut.
"Pitik tarung sak kandang" artinya
ayam peliharaan yang setiap pagi dan petang berada dalam ruangan yang
sama. Ayam dalam satu ruangan itu setiap hari hidup rukun di luar
ruangan. Kandang di sini bukan kandang yang rapat, ayam yang dipelihara
penduduk di Jawa biasanya dibuatkan pijakan-pijakan bambu atau kayu
untuk tidur si ayam. Ayam tersebut bebas keluar masuk ruangan kapan saja
atas kemauan sendiri. Mereka berada dalam rumah yang sama dan hidup
rukun. Sangat jarang terjadi ayam dalam satu "kandang" saling berkelahi
di dalam kandangnya. Bahkan tidak pernah terjadi perkelahian ayam dalam
kandang bebasnya itu. Perkelahian kecil biasanya rebutan tempat
"mangkring" yang kuat, ayam dewasa, memilih berada di depan. Ayam muda
oleh pemiliknya dipisahkan, dikurung tersendiri.
Dalam kandangnya puluhan ayam itu
tidak pernah berkelahi karena mereka hanya berkumpul pada petang hari
untuk mulai tidur malamnya yang berlangsung hingga subuh. Saat mereka
terbangun dan keluar kandang itulah sang pemilik menjamu santapan
pertama, selanjutnya terserah anda mau cari makan di mana.
Dalam enam bulan saja komunis
dibantai lawan-lawannya, segenap peranan mereka telah disingkirkan dari
pemerintahan, pers, dunia pendidikan dengan memenjarakan tanpa proses
pengadilan. Jutaan pegawai aparat pemerintah Bung Karno tidak perlu
dibayarkan pensiun mereka, walau sudah bekerja sejak perang kemerdekaan.
Sangat ekonomis!
Pembantaian kaum komunis yang tengah
terjadi itu adalah hasil provokasi oleh oknum yang dimaksud dalam
ramalan keenam sri Aji Joyoboyo: "kodok ijo ongkang-ongkang", yang
berkuasa tepat selama empat windu. "Kodok ijo ongkang-ongkang" dibantu
oleh pihak asing yang tengah menjalankan doktrin McCarthy, membasmi
komunis dari muka bumi.
Komunis Indonesia musnah tak bersisa
yang tersisa onggokan arang yang mengepulkan asap tipis. Di musim
penghujan bakal tumbuh tunas baru di tumpukan berwarna hitam itu, karena
negeri Nusantara sangat subur untuk mengubah kegersangan menjadi hijau
kembali dengan tumbuhnya beraneka tanaman baru, termasuk yang sudah
dianggap musnah.
Ramalan Keenam
"Kodok ijo ongkang-ongkang"
Partai Komunis
Indonesia hancur berantakan dalam semalam, bahkan tanpa seorang pun
pasukan Amerika Serikat nongol di sini untuk turun tangan langsung. Di
Vietnam sana di waktu yang bersamaan pasukan Amerika Serikat sudah
lebih dari setengah juta pasukan bekerja keras turun tangan langsung
dalam membasmi orang-orang komunis Vietcong. Usaha Amerika itu tidak
juga berhasil mengatasi terowongan tikus orang Vietnam yang tersohor
itu. Tidak cukup dengan pasukan militer, juga ikut diterjunkan ke medan
pertempuran Vietnam segala jenis senjata modern, senjata kimia,
senjata biologi semua saja ditujukan untuk membasmi manusia komunis
Vietnam. Amerika gagal menghadapi pasukan komunis Vietnam, karena
orang-orang komunis Vietnam lebih unggul daripada orang-orang komunis
Indonesia yang masih dibangunkan oleh Bung Karno nasion dan character
rakyatnya. Paman Ho atau Ho Chi Minh lebih berhasil membangun character
dan nation rakyat Vietnam. Paman Ho mendapat bantuan dari tetangga
akrabnya Republik Rakyat Tiongkok yang dikomandani Kawan Mao Dze Dong
yang masyhur dalam memimpin Tentara Merah Tiongkok berhasil mengalahkan
pasukan Chiang Kaishek, Kuomintang dukungan Amerika Serikat.
Jangan dilupakan peran sentral Zhou Enlai, Perdana Menteri Tiongkok yang disebut-sebut lebih dulu menjadi anggota PKT daripada sang ketua Mao sekitar 1921. Kawan Zhou dan Paman Ho dekat sekali hubungannya terutama tatkala Vietnam membutuhkan sokongan moril maupun materil dalam menahan serangan pasukan militer Amerika Serikat pemenang perang dunia kedua, kekuatannya tak diragukan lagi.
Ramalan keenam Joyoboyo, "Kodok ijo ongkang-ongkang" bisa berarti berkuasanya kaum hijau yang juga bisa berarti hijau daun atau hijau berlian. Hijau berlian berarti simbol pakaian militer angkatan darat. Hijau daun berarti bendera salah satu negeri di jazirah Arab, Saudi Arabia simbol dunia Islam.
Kodok ijo mengeluarkan suara dari kantung udaranya dan terdengar, "oooong....kaaaang, oong... kang.....ong....kang.". Suara sang kodok itu di musim banjir penghujan sangat riuh-rendah, bahkan ribuan kodok ijo berkumpul menjelang hari mulai gelap untuk melantunkan orchestra simfoni, "ong-kang-ong-kang" mengisi keheningan malam basah oleh banjir atau hujan terus-menerus. Sang kodok begitu riuhnya memperdengarkan kemerduan suaranya dengan satu tujuan menarik lawan jenisnya untuk dikawininya.
Tanpa ada air melimpah ruang di kebun atau di halaman rumah atau di tegalan, maka tak akan datang kodok ijo dan riuh-rendah sepanjang malam bersimfoni ria. Banjir darah akibat gerakan September 1965 mengundang militer angkatan darat turun ke arena untuk mengambil alih kekuasaan di Nusantara dari tangan Bung Karno yang berusaha membikin keseimbangan antara PKI dan AD.
Dengan sendirinya AD yang hijau itu menjadi kekuatan dominan di Nusantara dan mendukung penguasa baru Jendral Suharto yang fasis dan otoriter sehingga berhasil berkuasa selama empat windu untuk membikin rakyat Nusantara seragam berfikir dan berbuat dalam hidupnya. Mau coba pikiran dan suara lain, hadiahnya penjara. Kalau agak ringan kesalahannya akan mendapatkan hadiah "diponggal-panggil" koramil atau kodim. Di sana dapat bogem mentah atau tidak itu lain perkara lagi.
Masa rejim "kodok ijo ongkang-ongkang" tidak berarti militer terutama AD hanya ongkang-ongkang kaki saja, tidak. Justru AD bekerja keras untuk tetap menjaga bahaya laten komunis yang baru saja dikalahkan oleh AD sendiri. Komunis yang tumpas sampai ke akarnya berkat mantra sakti Jendral Soeharto, "tumpas habis sampai tujuh turunan" siapa saja yang terlibat komunis, selalu bekerja keras mencegah bangkitnya komunis di negeri Nusantara yang berubah menjadi negeri tergantung sejak masuknya modal asing akibat dibukanya keran modal oleh Jendral Besar Soeharto yang membikin sebagaian rakyat memujanya mampu membikin rakyat sejahtera.
Akan tetapi sayang sekali slogan "awas bahaya laten komunis" itu terlalu berlebihan dikoar-koarkan selama Jendral Soeharto berkuasa. Padahal sudah jelas bin gamblang komunis sudah hancur tak punya kekuatan apapun, eeeeh kok menakuti rakyat banyak akan bahaya komunis yang cuma pepesan kosong itu. Eiit itu bicara waktu itu lho. Entah kekuatan mereka saat ini 2010. Ujung-ujungnya intimidasi dan teror kepada rakyat, dan ujung-ujungnya lagi Bapak Pembangunan itu terus terpilih dan terpilih lagi jadi Raja eh Presiden RI.
Prabu Joyoboyo hampir seribu tahun yang silam sudah meramalkan datangnya penguasa militer baru berbusana hijau, yakni AD. Ceritanya sang penguasa itu muncul setelah terjadinya perang saudara di Nusantara dalam, "Pitik tarung sak kandang". Setelah sang kodok tidak berkuasa lagi tampillah rejim baru yang disebut rejim reformasi. Apa yang terjadi, "kodok ijo, kodok bangkak, kodok percil, dan kodok pohon, dan lainnya ramai-ramai memperdengarkan suaranya tanpa hambatan lagi datang dari manapun. Dan ujung dari kebebasan itu ialah eyel-eyelan untuk menonjolan pendapat sendiri yang belum tentu benar
Ramalan Ketujuh
"Tikus Pithi anoto baris"
Ramalan ketujuh Sri Aji Joyoboyo
(1145-an): Tikus pithi anoto baris interpretasinya tikus merah menyusun
barisan! Merah tatkala masih bayi belum tumbuh bulu, dan kelak menjadi
hitam oleh bulunya sendiri. Sifat utama tikus phiti antara lain: gesit,
semau sendiri, susah diatur, dan lucu. Tikus phiti pandai menyembunyikan
diri akan tetapi belum mampu bikin persembunyian sendiri, yakni berupa
lubang-lubang dalam tanah, atau membikin sarang dari bahan yang ada di
sekitarnya. Manusia tanpa alat bantu susah untuk menangkap dan memburu
makhluk yang satu ini.
Tikus yang satu ini benar-benar
menyusun barisan bila pemimpin besarnya (induknya) dibunuh atau
melarikan diri karena diuber-uber. Jika keadaan biasa tanpa gangguan
maka ia bergerak tanpa formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan semua
gerakannya.
Tikus-tikus pithi menyusun barisan
bila mereka sedang kelaparan hebat, karena musim paceklik atau sarangnya
diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah agresif tatkala mereka
mendapat mangsa empuk.
Semasa Sri Aji Joyoboyo memerintah
di Kediri tikus pithi sebagai julukan pada anak-anak remaja yang
beranjak dewasa, tidak lagi merah tapi sudah bersemu kehitaman. Tikus
dalam konteks ramalan bisa sebagai perlambang kaum muda, angkatan muda,
atau pemuda dalam lingkup pusat kerajaan Kediri. Sri Aji Joyoboyo sangat
membutuhkan pasukan laut terutama bertugas sebagai prajurit dan paling
dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan di samping itu suara mereka
benar-benar diperhitungkan dalam percaturan politik kerajaan.
Kerajaan laut tapi berpusat di
pedalaman itu menguasai daerah pengaruh meliputi Jambi di pulau Sumatra,
Kalimantan, Bali, dan Tidore, sehingga selalu memperkuat pasukan laut
demi keperluan menjaga wibawa kerajaan di wilayah pengaruhnya. Angkatan
muda mendapat porsi lebih untuk diterima sebagai abdi negara. Dengan
strategi sedemikian rupa membuka peluang bagi pemuda, maka tidak ada
gerakan pemuda yang berusaha untuk menggalang persatuan merongrong
kekuasaan sang Prabu Joyoboyo.
Sejarah kemudian mencatat pada 1222,
seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji Joyoboyo di mana angkatan mudanya
sudah kurang mendapatkan porsi dalam pemerintahan, tiba-tiba dari suatu
daerah kurang lebih limapuluh kilometer arah ke Timur kerajaan Kediri,
gerakan pemuda pimpinan Arok membariskan pasukannya menggempur Kediri.
Panglima perang kerajaan Kediri Mahesa Wulung adik dari raja Dandang
Gendis atau Krtajaya tewas di Ganter sehingga pasukan Kediri menelan
kekalahan dalam pertempuran melawan pasukan Arok.
Arok tercatat sebagai orang pertama yang memimpin pemberontakan atau kudeta dengan hasil gemilang dalam sejarah Nusantara.
Kembali ke tahun 2010, adanya
ramalan tikus pithi anoto baris ditafsirkan sebagai pemberontakan
bersenjata rakyat dari segenap penjuru Nusantara adalah mustahil,
kecuali dilakukan oleh unsur militer yang menguasai senjata. Rakyat
jelata jelas tidak punya senjata api dalam jumlah cukup untuk mengadakan
pemberontakan skala besar.
Kaum muda memang mulai mengorganisir
diri akan tetapi terpecah-pecah dan berorientasi ke berbagai jurusan,
masing-masing berkutat di dalam kelompok sendiri. Mereka berwarna-warni
idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning, dan merah jambu serta
mengelompokkan di sebagai kiri, tengah, dan kanan. Ibarat dalam jejer
wayang mereka saling berseberangan sehingga mudah diadu-dombakan.
Angkatan muda memang selalu tampil
dalam setiap goro-goro dalam pemerintahan RI, dan keberhasilan mereka
selalu berpindah tangan dan diambil alih pihak lain. Peranan mereka
kembali cuma penggembira yang tidak mampu memfoloup hasil gerakannya
yang berhasil. Sepertinya mereka mulai menyadari hal demikian, dan mulai
memasang strategi baru. Demo damai yang berubah anarkis mudah sekali
ditumpas, atau mengambil jalan parlementer yang memerlukan waktu panjang
dalam meraih kemenangan. Hingga pada akhirnya yang paling mudah bagi
angkatan muda dengan jalan mengumpulkan opini massa menggunakan jejaring
sosial digital.
Jadi "tikus phiti anoto baris"
berarti angkatan muda menyusun barisan. Bukan barisan pemberontakan
bersenjata, bukan demo anarchi, dan bukan menunggu waktu generasi tua
menyerahkan kekuasaan kepada angkatan muda. Sehingga angkatan muda
menjadi angkatan tua. Pemuda maju lain lagi masih memiliki kekuatan
kecil dalam mendukung gerakan perubahan sistemik, dalam pada itu
idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan dari
berbagai elemen. Idea-idea pemersatu yang sudah tersedia antara lain
Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit
hingga Kemerdekaan RI dan pasca kemerdekaan. Sekarang idea terakhir itu
sudah pincang, karena salah satu kakinya buntung. Sedangkan idea yang
lain diselewengkan menurut kepentingan penguasa sendiri. Adalah tugas
angkatan muda membikin utuh dan memurnikan kembali seperti sediakala
semua idea yang dicetuskan dan diajarkan oleh para pemimpin Nusantara
sesuai jamannya itu.
Kelak dengan berhasilnya angkatan
muda menyusun barisan bersama untuk tujuan bersama memurnikan semua idea
pemersatu dan mampu mewujudkannya dalam aksi, maka makna sesungguhnya
ramalan Joyoboyo ketujuh itu terbuktilah kebenarannya.
Ramalan Kedelapan
"Reinkarnasi Noyo Genggong Sabdo Palon"
Dua pendeta penasihat sekaligus
punakawan kerajaan Majapahit ini memang bukan tokoh sembarangan. Selama
ini ditafsirkan sebagai makhluk halus. Wadag atau tubuhnya memang
sebagaimana lazimnya orang biasa. Roh halus atau roh gaibnya yang
luarbiasa, ia mampu bereinkarnasi ribuan kali sejak manusia pertama
tinggal di bumi.
Sebagai pendeta Buddha Jawa (Jowo
Sanyoto, agama negara Majapahit) utama di kerajaan Majapahit ilmu
agamanya sempurna bahkan lebih sempurna dibanding para pengikut utama
Dalai Lama di Tibet. Dari jaman ke jaman Sabdo Palon* terus-menerus
berganti raga (wadag), yakni pada saat raganya memang sudah tua dan
meninggal dunia.
Wadag baru pilihan itu tidak atas kemauan pribadi roh Sabdo Palon akan tetapi atas kehendak Sang Hyang Wenang ing Jagad.
Jadi sebenarnya walau Majapahit
runtuh, Sabdo Palon dan pendahulunya Noyo Genggong tidak pernah murca
atau hilang, dia hidup sebagai manusia biasa di bumi manusia ini.
Silsilah Sabdo Palon dalam 2500 tahun terakhir mengayomi tanah Jawa, dan
bumi bagian Selatan (Man Yang) adalah sbb.: Semar, Humarmoyo,
Manikmoyo, Ismoyo, Noyo Genggong, Sabdo Palon, Ki K, WS, dan pada 2010
ini ......???!
Ramalan Sri Aji Joyoboyo kedelapan
bahwa Sabdo Palon akan kembali ke Nusantara, tentu ditafsirkan Sabdo
Palon kelak berkiprah kembali sebagai pendamping dan penasihat daripada
pemimpin negeri suatu kerajaan.
Tatkala Majapahit pada era
keruntuhannya sekitar 1478, di hadapan Prabu Brawijaya yang berganti
haluan memeluk Islam sedangkan Sabdo Palon tetap bertahan sebagai titah
dengan Jowo Sanyoto sebelum murca (lenyap) Sabdo Palon berjanji, "Yang
Mulia, kita ditakdirkan untuk berpisah, tetapi harap Yang Mulia ingat
limaratus tahun lagi aku akan kembali ke marcapada bumi Nusantara untuk
menjalankan titah-Nya."
Tepat waktu sebagaimana dijanjikan
Sabdo Palon maka pada 1978 (500 tahun sejak Majapahit runtuh berikut
murcanya Sabdo Palon) seorang penduduk biasa Jawa Tengah wadagnya
dipergunakan oleh Sabdo Palon lengkap dengan Jowo Sanyoto-nya, lelaki
tua itu menyebut dirinya Ki K. Pada awal 1990-an sosoknya yang sudah
sepuh itu masih berstamina dan memiliki energi besar ditambah daya
intelijensinya masih sangat kuat. Bicaranya menyihir barangsiapa saja
yang mendengarkan. Sabdo Palon yang satu ini membawa ajaran dalam kitab
"suci" Adam Makna (bukan Betaljemur Adam Makna). Salah satu isi kitab
itu ialah penjabaran daripada abjad huruf Jawa ho no co ro ko do to so
wo lo po dho jo yo nyo mo nggo bo tho ngo (yang bagi orang Sunda sangat
penting sekali, ilmu tertinggi dalam dunia kebathinan dan falsafah di
Nusantara). Beliau meninggal sekitar pertengahan 1990-an. Sabdo Palon
berganti wadag lagi, dan kali ini dalam diri WS (65 tahunan) tangan
kanan dan orang dekat Ki K sendiri. Kehadiran kembali Sabdo Palon dengan
melalui reinkarnasi berabad pada sosok manusia pilihan itu atas
kehendak dan kuasa Sang Hyang Wenang ing Jagad.
WS meninggal sekitar 2006,
(bersamaan waktunya dengan meletusnya Gunung Merapi), sepak-terjang
beliau semasa hidupnya mirip tokoh misterius yang gerakannya juga
misterius, ia pernah mencoba memberikan nasihat kepada Presiden Suharto
yang di masa itu dikelilingi tokoh-tokoh spiritual tingkat tinggi dan
sulit didekati siapapun, konon hasilnya kurang memuaskan; dan beliau di
samping itu juga mencoba memberi nasihat atau petuah pada berbagai
petinggi militer maupun sipil. Sepak-terjangnya tidak pernah membikin
heboh karena setiap lakunya dikerjakan tanpa menarik perhatian. Dan
tentu saja ia tidak pernah mengumumkan jatidirinya kepada siapapun.
Sosoknya biasa saja, keistimewaannya ialah stamina tubuhnya luarbiasa
apalagi saat ia berbicara seolah menyihir para pendengarnya. Dan
keberaniannya berbicara menghadapi tokoh manapun sangat luarbiasa.
Semasa jaman Majapahit dalam
wasiatnya Sabdo Palon mengatakan, "Hanya atas kehendak Sang Hyang Wenang
ing Jagad yang maha menentukan manusia pilihan sebagai wadag baru Sabdo
Palon." Prosesnya perpindahan Sabdo Palon ke wadag baru berbeda dengan
reinkarnasi pendeta Buddha Tibet. Sabdo Palon memasuki tubuh remaja atau
dewasa yang telah ditakdirkan Sang Hyang Wenang ing Jagad meninggal
dunia dan atas kehendakNya pula tubuh tersebut hidup kembali sebagai
reinkarnasi Sabdo Palon baru dengan nama baru. Pada reinkarnasi pendeta
Tibet terjadi sejak dalam kandungan ibunya, hingga lahir ke dunia
sebagai bayi reinkarnasi pendeta si A atau si B.
Menurut penuturan Ki K, pada jaman
Jepang, Sabdo Palon sebelumnya -- yang kini bersemayam dalam dirinya --
turut bersama balatentara Dai Nippon menyerbu Jawa, membebaskan tanah
Jawa dari bangsa kulit putih. Akan tetapi naas di Singapura pesawat
tempur Zero yang ditumpangi Sabdo Palon tertembak oleh musuh, seluruh
awak tewas, tatkala itulah meloncatlah roh Sabdo Palon dari tubuh
seseorang yang tewas dalam pesawat tersebut (orang Jepang!). Sabdo Palon
yang memang hendak ke tanah Jawa konon mendarat seorang diri di kaki
Gunung Merapi. Pesawat naas itu berangkat dari salah satu kota Jepang.
Kejayaan Nusantara dalam ramalan Sri
Aji Joyoboyo akan terjadi tatkala munculnya kembali Sabdo Palon dan
Noyo Genggong. Sabdo Palon alias Ki K pada 1980 mengatakan, "Kejayaan
Nusantara yang lebih dahsyat daripada kerajaan Majapahit terwujud bila
dunia mengalami goro-goro besar semacam perang dunia dahsyat atau
bencana alam berskala besar, misalnya jatuhnya benda angkasa, meletusnya
gunung berapi, dan lain-lain. Usai goro-goro terjadi maka dunia akan
kembali seperti sediakala. Pada saat itulah tatanan politik dunia baru
akan terbentuk dan jauh berbeda dari peta dunia modern sebelumnya. Pasca
goro-goro itulah di Nusantara akan muncul Ratu adil dan Sabdo Palon
berdampingan menentukan nasib Nusantara dan bumi bagian selatan (Man
Yang) dalam satu tata pusat pemerintahan baru," demikian ucapan orisinil
Sabdo Palon pada 1980.
Kapankah terjadinya goro-goro besar
dan munculnya ratu adil? Pertanyaan itu akan terjawab setelah ada
jawaban atas pertanyaan berikut, "Siapakah yang kini dipilih oleh Sang
Hyang Wenang ing Jagad menjadi manusia pilihanNya sebagai wadag terbaru
daripada reinkarnasi Sabdo Palon?"
Beliaulah sumber jawabannya.
0 Komentar