Cokroaminoto, nama lengkapnya adalah Mohammad Mashudi, adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pemimpin pergerakan sosialis. Ia lahir pada tanggal 16 Juni 1882 di desa Ngabean, Yogyakarta, dari keluarga priyayi yang terpandang. Sejak muda, Cokroaminoto telah menunjukkan kecerdasan dan semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Pada awal abad ke-20, saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda, Cokroaminoto aktif dalam organisasi-organisasi yang berjuang melawan penjajah. Pada tahun 1912, ia menjadi anggota dari Sarekat Dagang Islam (SDI), sebuah organisasi yang didirikan oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Setelah memperoleh dukungan dari anggota keluarganya, ia kemudian bergabung dengan SDI dan menggunakan nama Cokroaminoto sebagai tanda solidaritasnya.
Baca Juga : Sejarah Singkat Kerajaan Majapahit
Cokroaminoto tidak hanya menuntut perubahan dari penguasa kolonial Belanda, tetapi juga berjuang untuk hak-hak kaum buruh dan petani pribumi yang pada saat itu mengalami penderitaan ekonomi dan sosial akibat sistem kolonial. Pemikiran sosialisnya mendorongnya untuk mencari solusi kolektif dan merangkul berbagai golongan masyarakat dalam perjuangan.
Pada tahun 1915, Cokroaminoto terlibat dalam peristiwa penting di Tanah Jawa yang dikenal sebagai Pemberontakan Blitar. Ia didakwa sebagai dalang di balik pemberontakan ini dan ditahan oleh Belanda. Meskipun demikian, Cokroaminoto berhasil lolos dari penjara dan melarikan diri ke luar negeri untuk sementara waktu.
Pengasingan Cokroaminoto tidak berlangsung lama, dan setelah kembali ke Indonesia, ia tetap konsisten dalam perjuangannya untuk keadilan sosial dan politik. Pada tahun 1920, ia membantu mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang menjadi partai komunis pertama di Asia Tenggara. Meskipun demikian, dia tidak sepenuhnya berada di bawah pengaruh ideologi komunis dan tetap mempertahankan pandangannya yang sosialis.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Samudra Pasai
Pada tahun 1926, Cokroaminoto terlibat dalam Konferensi Komunis Sedunia di Moskow, Rusia, di mana ia diberi tanggung jawab untuk mengorganisir pergerakan komunis di Indonesia. Namun, perannya dalam PKI tidak berlangsung lama, karena ia memiliki perbedaan pandangan dengan para pemimpin PKI lainnya, yang lebih cenderung memihak Uni Soviet.
Selama periode antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II, Cokroaminoto berjuang keras untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dan mendorong kesadaran nasionalisme di kalangan rakyatnya. Meskipun ia berasal dari keluarga priyayi, Cokroaminoto sangat dekat dengan rakyat kecil dan selalu berusaha mendengarkan aspirasi mereka.
Pada tahun 1927, Cokroaminoto mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan untuk menyatukan berbagai kelompok etnis di Indonesia dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Meskipun partai ini awalnya didominasi oleh kalangan elit, Cokroaminoto berusaha untuk memperluas basis dukungan dengan melibatkan rakyat biasa.
Baca Juga : Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Namun, pada tahun 1931, Cokroaminoto mengundurkan diri dari PNI karena perbedaan pandangan dengan pemimpin lainnya mengenai strategi perjuangan. Dia lebih cenderung pada jalur perjuangan yang damai dan inklusif, sementara sebagian pemimpin PNI lainnya menginginkan perjuangan yang lebih radikal.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Cokroaminoto terus aktif dalam berbagai upaya untuk membangun negara yang baru lahir. Dia terus berjuang untuk keadilan sosial dan mengadvokasi hak-hak buruh serta petani. Namun, kesehatannya semakin menurun, dan pada tanggal 27 September 1943, Cokroaminoto tutup usia di Yogyakarta.
Warisannya sebagai seorang pejuang kemerdekaan dan tokoh pergerakan sosialis tetap hidup dalam sejarah Indonesia. Nama Cokroaminoto akan selalu diingat sebagai salah satu tokoh penting dalam perjalanan bangsa ini menuju kemerdekaan dan keadilan sosial.
0 Komentar